Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan luas wilayah seluruhnya mencapai 506,9 Km2 dan merupakan 15,91% dari seluruh luas wilayah Propinsi DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07º44'04" 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur.
Peta Administrasi Kabupaten Bantul |
3.2 KONDISI GEOGRAFIS
Kabupaten Bantul terletak pada bentang alam yang cukup unik, karena terdapat bentang alam dataran, perbukitan, dan pantai. Bentang alam dataran terdapat di utara Kabupaten Bantul, bentang alam perbukitan terletak di sebelah timur dan barat Kabupaten Bantul, sedangkan bentang alam pantai terdapat di selatan Kabupaten Bantul. Dengan adanya dua bentang alam yang berbeda, potensi objek wisata di kabupaten ini cukup berkembang. Bentang alam di wilayah Kabupaten Bantul merupakan dataran aluvium sungai dan pantai. Kabupaten Bantul dilalui oleh tiga sungai besar yaitu Sungai Opak, Sungai Oya, dan Sungai Progo. Kabupaten Bantul memiliki wilayah seluas 506,85 km2, yang secara administratif pemerintahan terbagi dalam 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 pedukuhan.
Klasifikasi kemiringan lahan di Kabupaten Bantul dibagi menjadi enam kelas dan hubungan kelas kemiringan/lereng dengan luas sebarannya. Wilayah Kabupaten Bantul pada umumnya berupa daerah dataran (kemiringan kurang dari 2%) dengan penyebaran di wilayah selatan, tengah, dan utara dari Kabupaten Bantul dengan luas sebesar 31,421 Ha (61,96%). Untuk wilayah timur dan barat umumnya berupa daerah yang mempunyai kemiringan 2,1 40,0% dengan luas sebesar 15.148 Ha (30%). Sebagian kecil wilayah timur dan barat seluas 4.011 Ha (8%) mempunyai kemiringan lereng di atas 40,1%.
Apabila dilihat per wilayah kecamatan terlihat bahwa wilayah kecamatan yang paling luas memiliki lahan miring terletak di Kecamatan Dlingo dan Imogiri, sedangkan wilayah kecamatan yang didominasi oleh lahan datar terletak di Kecamatan Sewon dan Banguntapan.
Jenis Tanah di Kabupaten Bantul Sumber: BPN, 2010 |
3.4 JENIS TANAH
Kabupaten Bantul mempunyai tujuh jenis tanah yaitu tanah Rendzina, Alluvial, Grumosol, Latosol, Mediteran, Regosol, dan Litosol. Jenis tanah Regosol merupakan jenis tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Bantul. Jenis tanah ini tersebar pada Kecamatan Kasihan, Sewon, Banguntapan, Jetis, Bantul, dan Bambanglipuro. Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi, bertekstur (mempunyai butiran) kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan memiliki tingkat kesuburan rendah. Tanah Litosol berasal dari batuan induk batugamping, batupasir dan breksi/konglomerat, tersebar di Kecamatan Pajangan, Kasihan, dan Pandak; cocok untuk ditanami tanaman rerumputan dan palawija. Tanah Mediteran berasal dari batugamping karang, batugamping berlapis, dan batupasir, tersebar di Kecamatan Dlingo dan sedikit di Sedayu. Tanah Latosol berasal dari batuan induk breksi, tersebar di Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pundong, Kretek, Piyungan, dan Pleret. Tanah Grumosol berasal dari batuan induk batugamping berlapis, napal, dan tuff, terdapat di Kecamatan Sedayu, Pajangan, Kasihan, Pandak, Sanden, Bambanglipuro, dan Srandakan.
3.5 KLIMATOLOGI
Kabupaten Bantul terdapat 12 titik Stasiun Pemantau curah hujan menurut Dinas Perairan yaitu Stasiun Pemantau Ringinharjo, Ntemengan, Gandok, Kotagede, Pundong, Barongan, Ngetal, Gedongan, Piyungan Sedayu, Ngestiharjo dan Dlingo. Stasiun Pemantau Gandok pada sepanjang tahun 2009 telah mengalami curah hujan tertinggi yang terjadi pada bulan April yaitu sebanyak 711 mm dengan jumlah hari hujan 15 hari.
3.6 TATA GUNA LAHAN
TGL Kabupaten Bantul Sumber: BPN, 2010 |
Penggunaan lahan diklasifikasikan menjadi Kampung atau Permukiman, Sarana Sosekbud, Pertanian, Perhubungan, Perindustrian, Pariwisata, Pertambangan, Hutan, dan Air Permukaan. Selain itu pada tahun 2009 juga telah terjadi alih fungsi lahan, dari tanah pertanian menjadi permukiman atau menjadi tempat usaha, hal tersebut berdasarkan analisis ijin pengeringan selama tahun 2008. Dengan adanya alih fungsi lahan dari pertanian menjadi non pertanian harus medapat perhatian yang khusus, karena dimungkinkan akan adanya penyusutan dalam hal hasil pertanian.
Jumlah Penduduk Sumber: Bantul dalam Angka, 2010 |
Berdasarkan data registrasi penduduk akhir tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Bantul adalah 876.172 jiwa yang tersebar di 75 Desa dan 17 Kecamatan. Dari jumlah tersebut, 431.607 jiwa adalah laki-laki dan 444.565 jiwa adalah perempuan.
3.7.2 Kepadatan Penduduk
3.7.2 Kepadatan Penduduk
Kecamatan Banguntapan merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Bantul, yaitu sebanyak 4.218 jiwa per km2. Selain itu, Kecamatan Sewon juga merupakan kecamatan yang terpadat kedua di Kabupaten Bantul, yaitu sebanyak 3.835 jwa per km2. Secara lengkapnya, kepadatan penduduk di Kabupaten Bantul dirinci per kecamatannya adalah sebagai berikut:
Sumber: Bantul dalam Angka 2010 |
3.9.1 SARANA
A. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan salah satu yang vital yang terdapat di Kabupaten Bantul. Pada tahun 2009, sarana kesehatan di Kabupaten Bantul sudah cukup banyak. Banyaknya sarana kesehatan di suatu wilayah secara tidak langsung menunjukkan tingkat kesehatan masyarakat. Sarana penunjang lainnya dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantul adalah persediaan obat dengan jumlah relatif mencukupi.
Berdasarkan perhitungan LQ yang terdapat dalam tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan puskesmas di Kabupaten Bantul telah mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Kabupaten Bantul dan wilayah di luarnya yaitu Provinsi DIY. Sementara untuk fasilitas kesehatan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan di dalam wilayah Kabupaten Bantul adalah rumah sakit.
B. Sarana Pendidikan
Pendidikan di Kabupaten Bantul sudah merata baik dari segi jenjang pendidikan hingga ketersediaan sarana pendidikannya. Jenjang pendidikan yang terdapat di Kabupaten Bantul adalah jenjang pendidikan mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi baik yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah (negeri). Selain banyak terdapatnya sarana pendidikan pada jenjang sekolah, Kabupaten Bantul memiliki 23 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Berikut adalah tabel kondisi sarana pendidikan jenjang sekolah di Kabupaten Bantul:
Berdasarkan analisis LQ terhadap jumlah fasilitas pendidikan di Kabupaten Bantul, dapat diketahui bahwa keberadaan SMA mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Bantul maupun sekitar Bantul. Sementara itu, fasilitas SD dan SMP hanya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam wilayah Kabupaten Bantul.
C. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan di Kabupaten Bantul mayoritas merupakan masjid dan langgar karena penduduk kabupaten ini mayoritas memeluk agama Islam. Lainnya terdapat sarana peribatan berupa gereja Katholik, Gereja Kristen, dan Kapel.
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sarana peribadatan yang mampu memenuhi kebutuhan di dalam dan di luar wilayah Kabupaten Bantul adalah masjid. Sementara untuk sarana gereja, pura, dan vihara hanya mampu memenuhi kebutuhan di dalam wilayah kabupaten saja.
3.9.2 Prasarana
A. Prasarana Jalan
Kondisi kualitas jalan di Kabupaten Bantul relatif bagus dengan presentase yang tinggi. Kondisi kualitas jalan yang memadai dapat memperlancar arus transportasi yang berdampak pada sektor perekonomian yang akan semakin berkembang. Kondisi jalan pada akhir tahun 2010 dengan jalan yang baik dan sedang adalah pada sepanjang 488,03 km, sedangkan ada beberapa daerah yang masih belum beraspal yaitu sepanjang 40,335 km.
B. Prasarana Listrik
Jaringan listrik sekarang ini sudah menjadi energi vital dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga maupun industri, dikarenakan pembangunan jaringan listrik oleh PLN cukup pesat. Secara keseluruhan wilayah pemukiman di Kabupaten Bantul telah dijangkau oleh fasilitas listrik, meskipun pada beberapa wilayah masih belum terjangkau seperti di Kecamatan Pajangan dan wilayah perbukitan di Kecamatan Dlingo dan Imogiri. Kebanyakan pengguna energi listrik dari PLN di Kabupaten Bantul lebih banyak didominasi oleh rumah tangga.
C. Prasarana Drainase
Dari data yang ada pada Sistem Informasi Basis Data Drainase (SIBD)- Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK)- Departemen Pekerjaan Umum panjang drainase di Kabupaten Bantul sepanjang +236,92 km, yang terdiri dari saluran primer sepanjang +87,25 km dan saluran sekunder +139,67 km. Type konstruksi saluran yang ada berupa saluran pasangan batu (terbuka dan Tertutup), saluran beton serta saluran yang masih berupa galian tanah. Dimensi saluran yang ada lebar bawah antara 35 – 120 cm, lebar atas antara 40 – 150 cm, serta kedalaman (H) antara 60 – 150 cm. Drainase yang ada di Kabupaten Bantul berupa saluran-saluran pembuangan dari suatu kawasan, dimana sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan air limbah rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan. Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan, yaitu saluran terbuka dan saluran tertutup, saluran pasangan (beton) maupun saluran galian tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase jalan.
D. Prasarana Air Bersih
Prasarana air bersih di wilayah Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, pada musim kemarau tahun lalu mengalami krisis air. Namun, setelah ditemukannya suatu sumber air, pada tahun ini tidak lagi termasuk daerah yang rawan akan kekurangan air bersih yang kemudian sumber air tersebut dialirkan melalui jaringan yang telah dikerjakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bantul. Selain itu, Kabupaten Bantul terdapat enam kecamatan yang sudah terdata kekurangan air bersih pada musim kemarau saat ini. Enam kecamatan tersebut yaitu Dlingo, Imogiri, Piyungan, Kasihan, Bambanglipuro, dan Pajangan. Kecamatan Dlingo tepatnya di Desa Mangunan yang merupakan desa paling membutuhkan droping air bersih dalam waktu dekat, setidaknya diperlu pasokan air sebanyak 20.000 liter. Selain Desa Mangunan masih terdapat beberapa desa yang kekurangan air bersih yaitu Desa Muntuk, Jatimulyo, Temuwuh, dan Desa Dlingo. Kabupaten Bantul juga mendapat bantuan air bersih yang hampir di semua daerah pelaksanaan penyediaan sarana air bersih berjalan sampai dengan perencanaan, tender dan proses pembangunan bak atau pembelian tangki air.
E. Prasarana Persampahan
Prasarana persampahan di Kabupaten Bantul sudah cukup memadai yaitu dilihat dari cara penanganan sampah telah dilakukan dengan model pengumpulan di tingkat RT, diangkut dan dikumpulkan di TPS (Tempat Pengumpulan Sementara) setelah itu diambil untuk dikirim ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Penanganan sampah di Kabupaten Bantul dipusatkan di TPA Kecamatan Piyungan dengan system sanitary landfill.
3.10 PARIWISATA KABUPATEN BANTUL
3.10.1 Kondisi Objek Pariwisata Bantul
Bantul merupakan sebuah kabupaten yang memiliki 17 kecamatan, dan 12 diantaranya memiliki objek wisata. Objek-objek wisata tersebut berupa wisata alam, wisata pantai, wisata religi, wisata pegunungan, wisata budaya, wisata kuliner, desa wisata, dan wisata-wisata lainnya.
Tabel III.9 Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bantul
No
|
Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata
|
Objek Wisata
|
Lokasi
|
||
Kecamatan
|
Desa
|
||||
1
|
Objek dan daya tarik wisata alam
|
Pantai
|
Pantai Parnagtritis
|
Kretek
|
Parangtritis
|
Pantai Parangkusumo
|
Kretek
|
Parangtritis
|
|||
Pantai Depok
|
Kretek
|
Parangtritis
|
|||
Pantai Samas
|
Sanden
|
Srigading
|
|||
Pantai Patehan
|
Sanden
|
Gadingharjo
|
|||
Pantai Pandansimo
|
Srandakan
|
Poncosari
|
|||
Pantai Kuwaru
|
Srandakan
|
Poncosari
|
|||
Pegunungan
|
Pegunungan Hargodumilah
|
Piyungan
|
Srimulyo
|
||
Goa
|
Goa Gajah
|
Dlingo
|
Mangunan
|
||
Goa Cerme
|
Imogiri
|
Selopamioro
|
|||
Goa Lawu
|
Imogiri
|
Selopamioro
|
|||
Goa Jepang
|
Pundong
|
Seloharjo
|
|||
Goa Sunan Mas
(Surocolo)
|
Pundong
|
Seloharjo
|
|||
Goa Nogobumi
|
Pundong
|
Seloharjo
|
|||
Goa Payaman
|
Sedayu
|
Argorejo
|
|||
Agrowisata
|
Pabrik Gula Madukismo
|
Kasihan
|
Tirtonirmolo
|
||
Argorejo
|
Bantul
|
Sedayu
|
|||
2
|
Objek dan daya tarik
wisata budaya, sejarah, dan religi
|
Petilasan/ ziarah
|
Petilasan Goa Selarong
|
Pajangan
|
Guwosari
|
Petilasan Ki Ageng Mangir
|
Pajangan
|
Sendangsari
|
|||
Petilasan Pandansari
|
Srandakan
|
Poncosari
|
|||
Petilasan Pandan Payung
|
Srandakan
|
Poncosari
|
|||
Petilasan dan ziarah Pandansimo
|
Srandakan
|
Poncosari
|
|||
Petilasan dan ziarah Parangkusumo
|
Kretek
|
Parangtritis
|
|||
Petilasan Ambarbinangun
|
Kasihan
|
Tirtonirmolo
|
|||
Sendang Kasihan
|
Kasihan
|
Tamantirto
|
|||
Sendang Semanggi
|
Kasihan
|
Bangunjiwo
|
|||
Sumber Air Bengkung
|
Mangunan
|
Dlingo
|
|||
Sumur Bandung
|
Piyungan
|
Srimulyo
|
|||
Sendang Manikmoyo
|
Pajangan
|
Sendangsari
|
|||
Monumen
|
Monumen Segoroyoso
|
Pleret
|
Segoroyoso
|
||
Monumen Bibis
|
Kasihan
|
Bangunjiwo
|
|||
Monumen TNI-AU Ngoto
|
Banguntapan
|
Tamanan
|
|||
Monumen Brimob
|
Sedayu
|
Argomulyo
|
|||
Monumen KB/APSARI
|
Kasihan
|
Bangunjiwo
|
|||
Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman
|
Kretek
|
Parangtritis
|
|||
Makam/ ziarah
|
makam Raja-raja Mataram
|
Imogiri
|
Girirejo
|
||
Makam Kotagede
|
Banguntapan
|
Jagalan
|
|||
Makam Suan Cirebon
|
Imogiri
|
Wukirsari
|
|||
Makam Sewu
|
Pandak
|
Wijirejo
|
|||
Makam Seniman
|
Imogiri
|
Karangkulon
|
|||
Makam Pahlawan
|
Jetis
|
Patalan
|
|||
Makam Syeh Belabelu
|
Kretek
|
Parangtritis
|
|||
Makam Syeh Maulana Maghribi
|
Kretek
|
Parangtritis
|
|||
Makam Pangeran Pekik
|
Imogiri
|
Girirejo
|
|||
Makam Sunan Geseng
|
Piyungan
|
Srimulyo
|
|||
Makam Dipokusumo
|
Kretek
|
Parangtritis
|
|||
Makam Selohening
|
Kretek
|
Parangtritis
|
|||
Makam Barat Ketigo
|
Kretek
|
Parangtritis
|
|||
Museum
|
Museum Wayang Kekayon
|
Banguntapan
|
Baturetno
|
||
Museum Batik
|
Imogiri
|
Girirejo
|
|||
Padepokan
|
Padepokan Seni Bagong
|
Kasihan
|
Tamantirto
|
||
Situs
|
Situs Kraton Kerto
|
Pleret
|
Pleret
|
||
Situs Watu Kedhok
|
Imogiri
|
Selopamioro
|
|||
Situs Batu Songkamal
|
Piyungan
|
Sitimulyo
|
|||
Situs Watu Lindung
|
Piyungan
|
Sitimulyo
|
|||
Situs Payak
|
Piyungan
|
Sitimulyo
|
|||
Situs Pleret
|
Pleret
|
-
|
|||
Situs Kotagede
|
Banguntapan
|
Jagalan
|
|||
Situs Watu Cantheng
|
Banguntapan
|
Jagalan
|
|||
Situs Watu Gilang
|
Banguntapan
|
Jagalan
|
|||
Situs Segoroyoso
|
Pleret
|
Segoroyoso
|
|||
Situs Watugilang
|
Pandak
|
Gilangharjo
|
|||
Situs Candi Ganjuran
|
Bambanglipuro
|
Sumbermulyo
|
|||
3
|
Objek dan daya tarik
wisata buatan/ minat khusus
|
Rekreasi dan
Pemandian
|
Pemandian
Parangwedang
|
Kretek
|
Parangtritis
|
Kolam Renang Parangtritis
|
Kretek
|
Parangtritis
|
|||
Kolam Renang
Tirtotamansari
|
Bantul
|
Trirenggo
|
|||
Kid Fun Park
|
Piyungan
|
Sitimulyo
|
|||
Bendung Tegal
|
Imogiri
|
Kebonagung
|
|||
Pendidikan
|
Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta
|
Sewon
|
Panggungharjo
|
||
Rumah Budaya
|
Sewon
|
Timbulharjo
|
|||
Bangunan Jawa Antik
|
Banguntapan
|
Jagalan
|
|||
Gumuk Pasir
|
Kretek
|
Parangtritis
|
|||
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
|
Sewon
|
Pendowoharjo
|
|||
Sentra Industri
Kerajinan
|
Kerajinan Tatah
Sungging Dusun Pucung
|
Imogiri
|
Wukirsari
|
||
Kerajinan Tatah Sungging Dusun Gendeng
|
Kasihan
|
Bangunjiwo
|
|||
Kerajinan Tatah
Sungging Dusun Cabean
|
Sewon
|
Timbulharjo
|
|||
Kerajinan Gerabah Kasongan
|
Kasihan
|
Bangunjiwo
|
|||
Kerajinan Gerabah
Panjangrejo
|
Pundong
|
-
|
|||
Kerajinan Topeng Kayu Dusun Pucung
|
Sewon
|
Pendowoharjo
|
|||
Kerajinan Wayang
Klithik Dusun Krebet
|
Pajangan
|
Sendangsari
|
|||
Kerajinan Topeng Kayu Dusun Kebangputihan
|
Pajangan
|
Guwosari
|
|||
Kerajinan Bambu
|
Dlingo
|
Munthuk
|
|||
Kerajinan Keris Dusun Banyusumurup
|
Imogiri
|
Girirejo
|
|||
Kerajinan Batik
Dusun Pajimatan
|
Imogiri
|
Girirejo
|
|||
Kerajinan Batik Dusun Pijenan
|
Pandak
|
Wijirejo
|
|||
Kerajinan Batik Dusun
Paliyan
|
Bambanglipuro
|
Sidomulyo
|
|||
Kerajinan Batik Dusun Giriloyo
|
Imogiri
|
Giriloyo
|
|||
Kerajinan Sulaman
|
Jetis
|
Trimulyo
|
|||
Kerajinan Kulit Dusun Manding
|
Bantul
|
Sabdodadi
|
|||
Kerajinan Kulit
Dusun Tembi
|
Sewon
|
Timbulharjo
|
|||
Kerajinan Kriya Logam
|
Sedayu
|
Argosari
|
|||
Kerajinan Kriya
Logam
|
Pandak
|
Gilangharjo
|
|||
Kerajinan Perak dan Emas
|
Banguntapan
|
Jagalan
|
|||
Kerajinan Perak dan
Emas
|
Banguntapan
|
Singosaren
|
|||
Kerajinan Tempurung Dusun Santan
|
Pajangan
|
Guwosari
|
|||
Kerajinan Tempurung
Dusun Piring
|
Sanden
|
Murtigading
|
|||
Kerajinan Gamelan Dusun Pelemsewu
|
Sewon
|
Panggungharjo
|
|||
Kerajinan Gamelan
Dusun Peleman
|
Banguntapan
|
-
|
|||
Kerajinan Pandan
|
Pandak
|
Caturharjo
|
|||
Kerajinan Tangan
Daur Ulang Dusun Sawungan
|
Bambanglipuro
|
Sumbermulyo
|
|||
Kerajinan Tangan Daur Ulang
|
Kasihan
|
Bangunjiwo
|
|||
Kerajinan Tangan
Daur Ulang
|
Pleret
|
Segoroyoso
|
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bantul
Dengan keanekaragaman potensi wisata tersebut diharapkan Kabupaten Bantul dapat secara optimal mendukung pengembangan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia, dimana pada tahun 1996 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menempati urutan ke-3 dalam hal kunjungan wisatawan mancanegara. Objek-objek wisata di Kabupaten Bantul ini memiliki daya tarik kuat bagi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun asing. Jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Bantul ini terus meningkat dari tahun ke tahun meskipun sempat menurun di tahun 2006 akibat bencana alam berupa gempa tektonik yang terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta.
3.10.2 Pengelolaan Pariwisata Bantul
Pengelolaan obyek wisata secara profesional akan mendorong perkembangan industri pariwisata secara menyeluruh yang diharapkan dapat menggerakkan kegiatan perekonomian masyarakat, memperluas dan memeratakan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, mendukung perolehan Pendapatan Asli Daerah secara optimal, serta membawa citra daerah di mata masyarakat di luar Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk mengoptimalkan pengembangan obyek wisata daerah Bantul, telah ditempuh program diversifikasi (penganekaragaman) produk wisata. Selain itu, promosi pariwisata gencar dilakukan dalam upaya memanggil wisatawan domesik maupun mancanegara. Beberapa objek wisata di Kabupaten Bantul, contohnya Desa Wisata Kebonagung menerapkan model pengelolaan wisata berbasis masyarakat, sehingga peran swasta dan pemerintah tidak terlalu dominan. Konsep ini mengandalkan peran aktif masyarakat lokal sehingga dapat bekerja mandiri dan kreatif, tidak bergantung pada pemerintah, serta dapat mengangkat kesejahteraan bersama.
Pemerintah Kabupaten Bantul, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, telah mencanangkan program-program dan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk menggali, melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bantul.
3.10.2 Pengelolaan Pariwisata Bantul
Pengelolaan obyek wisata secara profesional akan mendorong perkembangan industri pariwisata secara menyeluruh yang diharapkan dapat menggerakkan kegiatan perekonomian masyarakat, memperluas dan memeratakan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, mendukung perolehan Pendapatan Asli Daerah secara optimal, serta membawa citra daerah di mata masyarakat di luar Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk mengoptimalkan pengembangan obyek wisata daerah Bantul, telah ditempuh program diversifikasi (penganekaragaman) produk wisata. Selain itu, promosi pariwisata gencar dilakukan dalam upaya memanggil wisatawan domesik maupun mancanegara. Beberapa objek wisata di Kabupaten Bantul, contohnya Desa Wisata Kebonagung menerapkan model pengelolaan wisata berbasis masyarakat, sehingga peran swasta dan pemerintah tidak terlalu dominan. Konsep ini mengandalkan peran aktif masyarakat lokal sehingga dapat bekerja mandiri dan kreatif, tidak bergantung pada pemerintah, serta dapat mengangkat kesejahteraan bersama.
Pemerintah Kabupaten Bantul, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, telah mencanangkan program-program dan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk menggali, melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bantul.
Kondisi dan kinerja pembangunan ekonomi suatu daerah tercermin dari nilai pendapatan daerah regional brutonya (PDRB). Secara umum, kondisi perekonomian Kabupaten Bantul cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh persentase pertumbuhan PDRB Kabupaten Bantul yang meningkat di hampir semua sektor.
Dua dari sembilan sektor ekonomi di Kabupaten Bantul pertumbuhannya mengalami penurunan dari tahun 2008 ke tahun 2009, meskipun tidak terlalu signifikan. Sektor ekonomi tersebut yaitu sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor bangunan. Selain kedua sektor tersebut, sektor-sektor ekonomi lainnya menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, yang menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Bantul berjalan cukup kondusif, dengan sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebagai sektor yang berkontribusi paling tinggi dalam PDRB.
Tingkat produktivitas penduduk Kabupaten Bantul juga cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai PDRB perkapitanya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bantul dalam Angka 2010, PDRB perkapita Kabupaten Bantul pada tahun 2009 mencapai 4.097.212 rupiah, yang mengalami kenaikan dari PDRB perkapita di tahun 2007 dan 2008, yang masing-masing hanya 3.845.008 rupiah dan 3.976.712 rupiah. Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Bantul meningkat dari tahun ke tahun.
3.12 SOSIAL BUDAYA
Kehidupan sosial dan budaya di Kabupaten Bantul cukup harmonis dengan beragamnya kebudayaan yang terdapat di kabupaten ini. Kabupaten Bantul masih memegang nilai adat dan budaya yang tinggi. Perayaan besar yang biasa dilakukan di Kabupaten Bantul adalah saat merayakan hari jadinya setiap tanggal 20 Juli. Berikut dalah kegiatan berbudaya Kabupaten Bantul:
3.13 ISU DAN PERMASALAHAN
Secara sekilas, isu dan permasalahan (masalah) adalah hal yang mirip. Namun, kita dapat membedakannya dengan baik jika memahami lebih dalam. Isu merupakan hal yang bersifat umum (luas), sedangkan permasalahan cenderung merupakan hal yang kebih khusus (rinci). Permasalahan sering dikaitkan dengan keadaan yang tidak sesuai dengan keadaan idealnya.
3.13.1 Isu dan Permasalahan Kota
Isu dan permasalahan kota sering dikaitkan dengan masalah internal yang terdapat dalam sebuah daerah. Isu dan permasalahan kota yang terdapat di Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut:
•Alih fungsi lahan
Sawah di Kab. Bantul Sumber: www.kompas.com |
Sebagai daerah peri-urban, Kabupaten Bantul memiliki konflik mengenai alih fungsi lahan, yang dahulunya merupakan lahan pertanian menjadi lahan permukiman penduduk. Pada tahun 2002, lahan Kabupaten Bantul mengalami penurunan yang cukup signifikan sejak tahun 1983 seluas 63.263 ha menjadi 58.367 ha (turun 4.896). Tingginya angka alih fungsi lahan sawah produktif membuat Pemerintah Kabupaten Bantul menempuh kebijakan protektif. Salah satunya menetapkan 700 hektar lahan sawah produktif menjadi lahan abadi. Petani diberi kompensasi Rp 500.000 per hektar per tahun, namun mereka tidak diperbolehkan menjual lahannya, apalagi mengalihkannya menjadi pekarangan. Bantul juga dikenal sebagai daerah lumbung padi. Tujuh kecamatan, yakni Bambanglipuro, Pandak, Sanden, Sedayu, Sewon, Jetis, dan Imogiri saat ini telah menjadi lahan sawah abadi. Rata-rata luasnya 100 hektar per kecamatan. Untuk itu, diperlukan terobosan lahan produktif agar tidak terus menyusut apalagi pengembangan perumahan ke arah Bantul saat ini tengah gencar dilakukan.
•Krisis air pada saat musim kemarau
Wilayah rawan air tanah terdapat di Kabupaten Bantul bagian timur. Saat ini, terdapat enam kecamatan yang sudah terdata kekurangan air bersih pada musim kemara, yaitu kecamatan Dlingo, Imogiri, Piyungan, Kasihan, Bambanglipuro, dan Pajangan.
Wilayah rawan air tanah terdapat di Kabupaten Bantul bagian timur. Saat ini, terdapat enam kecamatan yang sudah terdata kekurangan air bersih pada musim kemara, yaitu kecamatan Dlingo, Imogiri, Piyungan, Kasihan, Bambanglipuro, dan Pajangan.
Antri jatah air di Kab. Bantul Sumber:http://www.harianjogja.com/ baca/2012/09/13/antre-jatah-air-328007 |
•Kurang memadainya jaringan jalan yang menghubungkan desa wisata di Kabupaten Bantul
Kerusakan Jalan Sumber: http://www.cybernasonline.com |
Jaringan jalan merupakan hal yang sangat penting dalam menghubungkan daerah satu dengan daerah lainnya. Terdapat beberapa titik kerusakan pada jaringan jalan yang menghubungkan desa wisata di Kabupaten Bantul. Salah satunya akses jalan menusu desa wisata Krebet, tepatnya di titik penghubung Desa Bangunjiwo-Krebet sepanjang 2 kilometer, serta Kecamatan Pajangan-Krebet sekitar 3 kilometer.
•Kurang terintegrasinya desa wisata satu dengan desa wisata lain
Terdapat 24 desa wisata yang tumbuh, di Kabupaten Bantul, namun ternyata hanya enam desa wisata yang memiliki nilai jual dan mampu mendatangkan kunjungan. Desa wisata di Bantul yang memiliki nilai jual di antaranya adalah desa wisata Kasongan, Manding, Krebet, Wukirsari dan Kebon Agung.
•Rawan bahaya geologi gempa
Kabupaten Bantul merupakan daerah yang rawan bencana gempa bumi. Dampak yang sangat besar dari gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 lalu mengakibatkan korban jiwa sejumlah 4.143 dan pengungsian 779.287 orang, kerusakan ratusan ribu bangunan rumah dan fasilitas umum, serta terganggunya kegiatan sektor riil ekonomi di Kabupaten Bantul. Gempa ini sering terjadi karena posisi Kabupaten Bantul yang terdapat di pesisir pantai yang memiliki lempengan yang apabila lempeng tersebut bergerak atau mengalami pergeseran, dapat mengakibatkan gempa.
3.13.2 Isu dan Permasalahan Wilayah
Jika isu dan permasalahan kota bersifat internal, maka kebalikannya, isu dan permasalahan wilayah bersifat eksternal dan memiliki keterkaitan dengan kota/wilayah lain. Dalam hal ini mengenai hubungan keterkaitan Kabupaten Bantul dengan Kota Yogyakarta maupun kabupaten lain di Yogyakarta. Isu dan permasalahan wilayah yang terdapat di Kabupaten Bantul sebagai berikut:
•Kabupaten Bantul merupakan daerah lumbung padi bagi Kota Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari presentase 24,32% PDRB daerah yang tertuju pada pertanian.
•Kabupaten Bantul merupakan daerah pariwisata yang menjadi tujuan utama bagi wisatawan yang berlibur di Kota Yogyakarta. Sebagian besar wisatawan masih memfokuskan pada obyek wisata pantai di bagian selatan Kab. Bantul, namun objek wisata yang berada di tengah maupun utara Kab. Bantul masih belum termafaatkan secara maksimal.
3.13.3 Integrasi Isu Wilayah dan Kota
Integrasi isu wilayah dan kota dapat dianalogikan sebagai manusia. Jika seorang manusia memiliki penyakit dalam tubuhnya, tentunya akan menghambatnya dalam melakukan aktivitasnya. Begitu pula jika dalam sebuah wilayah memiliki masalah. Tentunya wilayah tersebut akan terhambat pengembangannya.
Jika isu/masalah kota maupun wilayah tersebut terus dibiarkan tanpa adanya penyelesaian dan solusi, maka wilayah tersebut akan terus mengalami kemunduran. Untuk itu diperlukan sebuah penyelesaian berupa perencanaan yang mengatasi berbagai masalah tersebut. Hal ini dapat berupa rencana jangka pendek, panjang, serta menengah.